Jakarta, KronikaNews – Sebuah studi terbaru memperingatkan bahwa dunia bisa mengalami hingga 57 hari tambahan cuaca super panas setiap tahunnya pada akhir abad ini. Kondisi ini diperkirakan terjadi meski negara-negara berhasil menepati janji pengurangan emisi sesuai Perjanjian Iklim Paris.
Riset ini merupakan hasil kolaborasi antara para ilmuwan dari World Weather Attribution dan Climate Central, dua lembaga riset iklim berbasis di Amerika Serikat. Mereka menggunakan simulasi komputer untuk memetakan dampak kebijakan iklim global terhadap tren suhu ekstrem di masa depan.
Dalam skenario optimistis, di mana upaya pengurangan emisi berhasil dijalankan, suhu Bumi diperkirakan naik sekitar 2,6°C dibanding era pra-industri pada tahun 2100. Hasilnya: dunia akan menghadapi 57 hari super panas ekstra tiap tahunnya.
Namun, situasi bisa jauh lebih buruk. Jika pemanasan global mencapai 4°C, jumlah hari dengan suhu ekstrem tersebut bisa melonjak dua kali lipat, sebuah lonjakan yang mengancam stabilitas lingkungan, kesehatan, dan ekonomi global.
Para ilmuwan menekankan pentingnya tindakan cepat dan nyata untuk membatasi pemanasan global. Tanpa perubahan drastis dalam kebijakan energi dan konsumsi, masa depan dunia akan semakin panas secara harfiah.